Wise On Worstworld
Kala pilihan tidak banyak, kala harus memilih dalam waktu singkat
Kala harap tidak ada dalam pilihan, kala terpaksa dalam mengambil keputusan
Mungkin makian menjadi relevan, mengambil-alih jadi ide cemerlang
Kita pun berkata "hidup ini kejam," dendam, merancang pemberontakan yang sia-sia
selamat datang di W i s e On Worst World
Menghirup udara pagi merasakan matahari terbit
Minum kopi bebas kimiawi, meracik bumbu tanpa fitsin
Memakai air bebas kaporit, tidur lelap tanpa farmasi
Barangkali masih bisa, barangkali masih nikmat
w on w w   a g a r   k a u   d a n   a k u   b e r k a t a   "h i d u p   i n i   i n d a h"

  POLLING Daftar Isi  
  01-14 Pebruari 2008, Moderasi oleh Harefa, Kris  
 
 
 

Latar Belakang

Sehari setelah gempa Yogyakarta terjadi, saya sampai di lokasi gempa terparah ( imogiri - bantul ). Saya sangat salut atas aksi solidaritas yang dilakukan komponen negeri ini, dalam hal ini partai-partai politik, perusahana-perusahaan, lembaga-lembaga keagamaan, NGO, Rumah Sakit, Organisasi Kemahasiswaan, Organisasi Profesi, Klub-klub hobby dan Pemerintah. Bahkan partai politik tertentu melakukan peng-kavling-an atas desa / wilayah tertentu dengan menancapkan papan pengumuman darurat yang berisi pernyataan bahwa desa / wilayah tertentu sudah dilayaninya. Tanpa masuk lebih dalam pada persoalan efek / manfaat langsung bantuan terhadap korban-korban bencana, saya bisa membayangkan bahwa di Tsunami Aceh dan Gempa Nias yang terjadi pada tahun 2004 dan 2005 juga terjadi hal yang sama yakni ada solidaritas yang sangat besar dari semua komponen negeri untuk membantu korban bencana.

Berdasarkan kenyataan tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang sampai sekarang saya masih mencari jawabannya adalah : Apabila korban bencana itu adalah orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal, makanan dan pakaian, maka para gelandangan di kota-kota besar juga mengalami hal yang sama. "Mengapa solidaritas yang demikian besar di Tsunami Aceh, Gempa Nias dan Gempa Yogyakarta, tidak terjadi kepada mereka ?" "Mengapa partai politik yang melakukan peng-kavling-an di wilayah gempa Yogyakarta, tidak melakukan peng-kavling-an di kota-kota besar dan memasang papan pengumuman yang menyatakan bahwa gelandangan di wilayan tersebut sudah dilayani olehnya ?" "Mengapa stasiun-stasiun TV yang pada setiap bencana menyajikan laporan sepanjang hari mengenai korban bencana, tidak bisa menyediakan waktu untuk memberikan laporan-laporan rutin tentang gelandangan ?" "Mengapa lembaga-lembaga agama yang seharusnya bermata lebih tajam untuk melihat penderitaan di sekeliling kita, tidak bisa menyediakan menyuarakan penggalangan bantuan untuk gelandangan ?".

Pertanyaan :

Jika kita berbondong-bondong membantu Korban Bencana Alam (KBA), mengapa kita tidak melakukan hal yang sama untuk gelandangan ?

 

Alternatif Jawaban dan Hasil

  • Karena akan semakin banyak orang menjadi gelandangan (2 Orang = 28.5%).
  • Karena KBA disebabkan bencana, sementara gelandangan disebabkan kemalasan (1 Orang = 14.25%)
  • Karena tidak tahu caranya atau karena tidak ada yang mengorganisir (1 Orang = 14.25%).
  • Karena publikasi bantuan tidak ada sehingga perorangan, perusahaan atau lembaga kurang berminat (3 orang = 43%).
 

Kesimpulan

Karena peserta polling hanya lima orang, sangat tidak memenuhi syarat untuk mengambil kesimpulan dari polling ini. Tapi paling tidak 3 orang dari lima pengunjung Wise On Worst World menyatakan bahwa "Publisitas bantuan menjadi sebab mengapa bantuan terhadap gelandangan tidak diminati."

 
 
 
  01-14 Pebruari 2008, Moderasi oleh Harefa, Kris Daftar Isi